Distorsi Kognitif
Hi teman-teman, tahu kah kamu, bahwa terdapat 10 macam kekeliruan dalam proses berpikir yang sering kali muncul ketika kita sedang dalam kondisi psikologis yang bermasalah. Kita, bisa memiliki lebih dari satu macam kekeliruan dalam proses berpikir, dan hal ini muncul tanpa disadari. Apa saja kah itu? Yuk kita lihat satu per satu.
- Polarized Thinking
Polarized Thinking ini merupakan cara berpikir seseorang dengan mempertentangkan segala kondisi atau memandang segala sesuatu secara hitam-putih. Mereka mengalami kesulitan, atau bahkan tidak melihat adanya warna lain seperti abu-abu, hijau, ungu, dll. Baginya, kehidupan hanya menyediakan dua pilihan, jika tidak berhasil, maka gagal. Jika tidak pintar, maka bodoh. Jika tidak baik, maka buruk. Bagi mereka, kegagalan adalah hal yang sangat menakutkan.
- Mental Filtering
Seseorang yang memiliki mental filtering, mereka berpikir dengan cara berfokus pada hal detil tanpa mencari kemungkinan lain. Mereka seperti memakai kacamata kuda. Contohnya, apabila seseorang datang terlambat menjemput, ia berpikir bahwa seseorang tersebut telah dengan sengaja membiarkan dirinya menunggu lama. Ia berpikir bahwa seseorang tersebut terlambat datang karena menghabiskan waktunya untuk berbincang dengan orang lain. Ia tidak mencoba untuk melihat kemungkinan lain, seperti mungkin terjadi kecelakaan selama di jalan, atau kendaraan yang bermasalah, atau mungkin seseorang tersebut tiba-tiba sakit perut dan harus ke toilet terlebih dahulu.
- Magnification
Magnification merupakan cara berpikir membesar-besarkan hal kecil dan menolak mengakui hal positif dari gambaran keseluruhan. Sebagai contoh, ketika seorang mahasiswa melakukan sebuah kesalahan di skripsinya, kemudian menganggap bahwa kesalahan tersebut sangat besar, padahal sebenarnya, ia hanya melakukan kesalahan kecil yang masih dapat diperbaiki.
-
Minimalisasi
Cara berpikir minimalisasi ini merupakan kebalikan dari magnifikasi. Ia mengabaikan aspek positif dari diri sendiri dan lingkungannya. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang menganggap bahwa segala upaya kerja kerasnya untuk mendapatkan IPK 3,8 adalah hal yang remeh dan tidak memberikan arti apapun. Ia menganggap bahwa dirinya tidak melakukan apa-apa padahal sesungguhnya ia telah melakukan banyak hal yang bermanfaat.
- Generalizing the Spesific
Generalizing the Spesific merupakan cara berpikir dengan menganggap bahwa suatu situasi selalu sama dengan pengalaman yang sebelumnya. Hal ini sering terjadi pada orang-orang yang pernah mengalami kekecewaan terhadap pasangannya, kemudian menganggap bahwa semua laki-laki/ perempuan memiliki perilaku yang sama.
- Catastrophizing
Catastrophizing adalah ketika seseorang menemui sebuah peristiwa, ia berpikir seolah-olah akan terjadi bencana besar dan sulit untuk kembali lagi. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang mendapati nilainya turun, kemudian berpikir bahwa ia akan segera kehilangan beasiswanya, DO dari universitas, ia tidak akan mendapatkan pekerjaan yang layak, keluarganya akan jatuh miskin seumur hidup.
- Jumping Conclusion
-
Mind reading: cara berpikir bahwa dirinya meyakini bahwa ia mengetahui apa yang dipikirkan oleh orang lain, “sepertinya orang itu tidak suka padaku”.
-
Fortune telling: cara berpikir bahwa dirinya meyakini bahwa ia mengetahui apa yang akan terjadi sebelum hal tersebut terjadi, “penelitianku ini tidak akan berhasil”.
-
Negative Judgement: cara berpikir dengan memberikan label negative pada seseorang atau peristiwa yang terjadi, “skripsiku ini buruk sekali”.
- Personalization
Personalization merupakan cara berpikir dengan beranggapan bahwa perkataan orang lain adalah kritik untuk dirinya sendiri ataupun mengarah kepada orang lain. Contohnya, apabila seseorang mengatakan “ruangan ini kotor sekali”, ia berpikir bahwa kata-kata tersebut merupakan kritik kepada Tono, cleaning service yang bekerja di tempat itu.
- Rigid thinking
Cara berpikir rigid thinking beranggapan bahwa segala sesuatu semestinya berjalan sesuai dengan yang direncanakan atau diharapkan. Seseorang yang memiliki cara berpikir rigid, sering kali ditandai dengan pengucapan kalimat “harus”/ “seharusnya”/ “semestinya”.
- Blaming
–
Self blame: merupakan cara berpikir dengan meyakini bahwa ketika sebuah peristiwa terjadi, adalah kesalahan dirinya.
–
Blaming others: merupakan cara berpikir dengan meyakini bahwa ketika sebuah peristiwa terjadi, adalah kesalahan orang lain.
Penulis: Nopi Rosyida Qoriana, M.Psi., Psikolog.